KISAH HOROR GUNUNG MEJA "Degar Langsung Roh Perang Dunia 2"

Kisah ini berawal dari kumpulan anak remaja yang merencanakan perjalanan dari reremi ke anggori lewat gunung meja, disiang hari saat gerimis tak disadari mereka masuk ke dimensi lain dan mendengar suara roh tentara perang dunia ke dua. “Ikuti selengkapnya kisah mereka dibawah ini”.
Manokwari – Kisah ini dimulai pada tahun 1994, ada sekelompok anak-anak SMP (Sekolah Menengah Tingkat Pertama), tergabung dari SMP Advent Sanggeng, SMP N 02 Fanindi dan SMP YPK Fanindi. Usianya sekitar 12 sampai 15 tahun. Mereka adalah warga RW.XI|RT.II dan RT.III Reremi Kelurahan Manokwari barat. Sehari sebelumnya mereka berkumpul di rumah salah satu warga dan mendengar rencana orang dewasa, yang hendak pergi ke anggori untuk mencari buah tanaman bunga kana|Canna.

Memang saat itu sedang musim sumpit, “buat bro – bro milenial yang tidak pernah bermain sumpit”. Sumpit adalah permainan yang tren di tahun 80 s.d. 90 – an, permainan ini di mainkan menggunakan bambu (sebutan lokal bambu kalawai) dipotong sesuai ukuran dengan akurasi ditentukan dari tingkat kelurusan dan panjang ruasannya, semakin lurus dan panjang semakin bagus, kemudian bambu sumpit ditiup menggunakan tekanan udara dari dalam mulut disertai dengan buah yang sebelumnya di simpan dalam mulut, peluruhan yang di tembakan melewati mulut dan laras bambu terlempar dengan cepat keluar dari ujung bambu, jika peluruhan terkena kulit menimbulkan efek rasa perih. Peluru sumpit berukuran kecil biasanya memiliki diameter 3 s.d. 5 mili meter.

Saat wawancara tahun 2021, anak – anak itu telah bertumbuh menjadi dewasa berusia 40-an Tahun dan memiliki keluarga, mereka menceritakan kembali kisahnya.
Setelah mendengar rencana orang dewasa, keesokan harinya salah satu dari mereka yang terdaftar sebagai siswa SMP Advent, bolos sekolah, dalam pelariannya ia mendatangi SMP N 02 dan SMP YPK untuk bertemu teman – temannya menyampaikan rencana menyusul orang dewasa. Tentu saja rencana ini diluar pengawasan sekolah dan orang tua siswa boleh dibilang siswa – siswa ini bolos sekolah. Mereka kemudian kembali ke kompleks untuk memantau pergerakan orang dewasa, informan yang di utus dengan cepat memberikan informasi balik bahwa, orang dewasa telah bergerak dari pagi, mereka telat 3 jam.
Kemudian kelompok anak-anak tersebut memutuskan untuk menyusul lewat jalur SMU N 01 Reremi – Mangguapi – tembus gunung meja dan terakhir dianggori. Saat itu jalan tembus reremi – mangguapi baru hamparan, sepanjang perjalanan kiri dan kanan jalan masih ditutupi hutan sebagian lagi adalah lahan pertanian. Belum ada jalan dari susweni tembus bakaro, pasir putih dan sarina. Dalam perjalanan mereka hanya menghandalkan jalan kaki sebagai satu-satunya transportasi sejauh 12KM.
Setelah sampai di Gunung Meja, cuaca yang sebelumnya cerah tiba – tiba mulai terasa hujan gerimis, meskipun dilangit matahari tampak cerah dan tak ada tanda akan turun hujan.
Di usia yang masih kanak-kanak, sepanjang perjalanan mereka bermain dan bercanda gurau. Diantara mereka tidak ada firasat dan semuanya tampak biasa hutan yang rapat dan padat, suara jangkrik, anggin meniup pepohonan dan sinar matahari yang tampak tembus di sela-sela dedaunan. Saat inilah tanpa di sadari mereka telah masuk dimensi lain, pada jarak 100 meter terdengar bunyi truk dari arah belakang karna hutan yang padat dan jalur berbelok – belok tidak terlihat truk suara mesin hilang di jarak 30 meter, berselang 20 menit kemudian suara truk yang hilang kembali terdengar seakan-akan alam ingin mereka menyaksikan apa yang sedang terjadi!, untuk kedua kalinya bunyi truk disertai dengan bunyi bak truk yang terbuka dan suara banyak orang yang baris-berbaris, jumlahnya diperkirakan 50-an orang.

Awalnya mereka belum mencurigai bunyi truk sebagai Roh yang mengikat dialam supranatural dalam dimensi lain. Karena di tahun 90 – an, terkenal istilah “Potle”, yang berarti “Potong Leher”, biasanya kalau ada Konstruksi Jembatan, Pelabuhan yang baru di bangun anak-anak sering di takuti dengan ceritra tentang kepala manusia yang di pancung untuk di jadikan tumbal ditanam bersama dengan konstruksi. Kisah potle membuat anak-anak lari berhamburan mengamankan diri ke dalam hutan karena mendengar bunyi truk, salah satu diantara mereka berteriak “sembunyi ada potle”. Namun karena suara truk menghilang dan muncul lagi 20 menit berikutnya anak-anak ini mulai penasaran, yang ada dalam pikiran mereka, apa yang sesungguhnya sedang terjadi?.
Pasukan yang diperkirakan berjumlah lebih dari 50-an orang diatur dengan bunyi terompet, dan mereka kompak lari berbaris menghentakan bunyi sepatu militer sambil bernyanyi dalam bahasa yang tidak dikenali, suara itu kemudian di ikuti dengan bunyi letusan senjata api yang saling menembak, suara tank yang menabrak pepohonan dan beberapa kali melepas tembakan dari dalam moncong meriam tank, di dalam kota manokwari terdengar perang yang menakutkan dan pesawat yang terbang berputar-putar melepas belasan bom di sekitar fanindi dan teluk sawaibu.

Rasa takut hilang, mereka keluar dari persembunyian untuk mencari sumber suara. “Semua tidak terlihat, kami hanya mendengar seperti dalam ceritra “sandiwara radio”. Kurang lebih peristiwa terjadi 25 s.d. 35 menit. Kami (kata seorang narasumber yang menceritakan kembali kisahnya di tahun 2021) bahwa suara itu sangat nyata dan kita semua mendengarnya, selama menit-menit itu kita di bawa dan terperangkap di alam lain, alam dimana perang dunia ke dua sedang terjadi, kisahnya diluar nalar manusia kita terjebak dalam suasana perang dunia dua diantara mesin-mesin tempur dan bunyi ledakan. Sepikiran kami, penduduk yang hidup di jaman itu tercengkram dalam penuh rasa takut ditengah suasana mencekam yang sangat mengerikan.

Setelah suara roh menghilang kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke anggori dan memilih kembali pulang.
Demikian sepengal cerita yang terkisahkan, masih ada kejadian mistis lainnya digunung meja yang akan diulas dalam tulisan berikutnya, yaitu tentang kelompok pencinta alam fakultas Kehutanan UNIPA yang hilang jalan selama satu malam dua hari dan pasangan suami istri yang tiba-tiba menghentikan laju kendaraannya karena melihat aktifitas manusia berpakaian kerajaan yang melintas dari arah gunung meja serta kelompok pemuda gereja katolik yang hilang jalan selama dua siang satu malam dan ditemukan di hutan amban anehnya sepanjang perjalanan mereka tidak menemukan jalan aspal dan pemukiman penduduk.
I K L A N

