Cara Terbaik Mengingatkan Jokowi adalah Menolak Prabowo

Cara Terbaik Mengingatkan Jokowi adalah Menolak Prabowo

Oleh : Septian Raharjo


Saya dan banyak rakyat di Indonesia punya alasan mengapa dulu mencoblos Jokowi. Tujuan utamanya jelas, kami ingin menghadang Prabowo. Pada 2014, kami tak mau negara ini dipimpin pecatan jenderal pelanggar HAM. Masa lalu Prabowo yang sarat insiden kekerasan membuat kami yakin untuk tidak memilihnya. 

Pada 2019, situasi tak banyak berubah. Prabowo kembali nyapres dan kami kembali menolaknya dengan semangat kuadrat. Penolakan kami pun semakin kuat. Gerombolan kelompok intoleran merapat ke Prabowo, dan fitnah-fitnah mereka lancarkan guna menyerang Jokowi. 

Kami bersyukur dalam dua pencapresan Prabowo gagal total. Demo berjilid-jilid disertai tindak anarkis pasca pilpres 2019 tak membuat nasib sial Prabowo berubah. Gugatan ke MK pun mentah. MK saat itu belum digoyang skandal. Tuhan masih memilih orang baik. Jokowi pun kembali terpilih.

Waktu menggelinding, dan Prabowo tak juga jera. Ia kembali nyapres. Namun, kini semua berubah. Prabowo membajak Jokowi ke geladak kapal politiknya. Sialnya, Jokowi seperti kena gendam dan malah tergiur cawe-cawe. Isu politik dinasti pun bergulir sejak Jokowi merestui Gibran mendampingi Prabowo. MK ditarik-tarik ke dalam pusaran gara-gara pimpinannya ipar Jokowi.

Saya juga rakyat yang dulu memilih Jokowi demi menolak orang jahat berkuasa, harus menelan pil pahit. Saking kecewanya, intelektual dan seniman yang dulu mendukung Jokowi sampai harus beramai-ramai menyuarakan Maklumat Juanda. Intinya, Jokowi harus dibangunkan dari kelalaiannya selama ini. Dekat dengan Prabowo terbukti menyeretnya dalam kekhilafan. Dan membiarkan Gibran jadi cawapres adalah penghinaan moral etis demokrasi.

Melihat kondisi yang ada, saya tentu harus realistis. Raja alim disembah, raja lalim disanggah. Mengikuti arah politik Jokowi yang condong ke Prabowo adalah alarm bahaya. Itu adalah bersatunya modal oligarki yang ditopang perangkat negara di bawah kendali Jokowi. Bukan isapan jempol, media bahkan sudah mengendus ulah Jokowi yang mengerahkan alat negara guna memuluskan Gibran. Mengetahui itu, jujur saya mengelus dada. 

Untuk itulah saya tidak ingin lebih jauh herdosa. Betapa berbahayanya jika Prabowo-Gibran sampai berkuasa. Prabowo punya rekam jejak hitam dalam urusan politik. Dari tindak kekerasan di masa lalu, hingga cara-cara tercela yang sering ia tempuh. Ketika MK saja sudah buat mainan, maka tidak tertutup kemungkinan semua perangkat negara yang lain juga bisa dimanfaatkan. Ini tentu sangat membahayakan bagi demokrasi.

Perlu diingat juga, di sekitar Prabowo adalah elit-elit oligarki yang tengah khawatir bisnisnya terganggu jika Prabowo gagal lagi. Usut punya usut, circle Prabowo banyak yang sudah tanam modal di IKN. Agar aman, mereka harus meloloskan Prabowo. Bahkan Prabowo sendiri sempat mengaku bisnisnya berantakan saat dia tidak berdiri di pemerintahan. Kenyataan berkata jujur dibanding lidah Prabowo.

Para elit itu seolah-olah tengah menggelontorkan duit tak terbatas untuk memenangkan Prabowo. Jadi paham kan kenapa ada begitu banyak baliho jumblo Prabowo di banyak daerah di Indonesia. Bisik-bisik tentang duit jalur influencer yang pernah disinggung Permadi ada benarnya. Keadaanya sekarang adalah, niat baik versus uang. 

Sementara Gibran, aduh, grasa-grusu membuat masa depannya yang gemilang harus tercoreng. Gibran malah terlibat praktik politik jalanan. Menggunting dalam lipatan, memanfaatkan relasi paman MK dan bapak presiden. Banyak orang menegurmu, tapi telingamu justru tertutup. Orang Jawa yang peka akan tanda-tanda zaman, tak ada lagi pada diri Gibran. Seandainya ia bersabar, karirnya sungguh akan indah bestari.

Kelalaian Jokowi dan ambisi Prabowo adalah paket komplit bencana demokrasi di Indonesia. Keduanya sudah di luar batas nalar. Ngomong netralitas tapi malah menggalang dukungan untuk Gibran. Ngomong persatuan tapi memelihara orang-orang sumbu pendek di belakang meja. Belum lagi kegagalan total proyek food estate di bawah tanggung jawab Prabowo. Ah, sungguh bikin ngilu membayangkan jika mereka harus berkuasa.

Pada akhirnya menolak Prabowo adalah cara terbaik mengingatkan Jokowi. Kami para pendukungnya sejak dulu, meyakini inilah cara terbaik agar Jokowi tidak semakin lupa. Mungkin Jokowi akan tersinggung dengan sikap saya dan barisan lain, tapi ini jalan terbaik agar Indonesia selamat dari ambisi Prabowo yang kelewat batas. Jabatan itu mandat rakyat, bukan wasiat yang dirampas dengan siasat dan sokongan uang.

                     **&** 

https://www.eckber.websites.co.in            

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAJAT BESAR JOKOWI MENANGKAN PRABOWO-GIBRAN DENGAN GUNAKAN ALAT NEGARA.

Panya Kuasa Hukum Bisa Di Atur