Rakyat Papua dan Pecinta Bola Indonesia Kaget Dengar Pelepasan Boas Salosa & Yustinus Pae.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Rakyat Papua dan pecinta sepak bola Indonesia kaget atas dilepasnya Boaz Solossa, ikon sekaligus pemain senior Persipura Jayapura-Papua bersama koleganya Yustinus Pae.
Usai memperkuat tim sepak bola Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2004 di Palembang, Boaz Theofilus Erwin Solossa langsung direkrut masuk tim senior Persipura Jayapura.
Di bawah arahan pelatih Rahmad Darmawan, adik kandung Ortisan Solossa ini menjadi pemain inti tim senior. Bersama Eduard Ivakdalam meraih juara Liga Indonesia mengalahkan Persija yang diperkuat abang kandungnya Ortisan Solossa.
Bayangkan, usia masih belia 16 tahun, Boaz membela timnas Indonesia. Begitu pula bersama tim Mutiara Hitam, Bochi panggilan akrab Boaz, kembali membawa Mutiara Hitam juara Indonesia Super League dibawah asuhan pelatih Jacksen F Tiago juara ISL 2008-2009. Musim ini membawa Bochi, Ernest Yeremiah, dan Beto menjadi trio striker tersubur.
Musim itu tim Mutiara Hitam mencetak 81 gol dan 77 gol hasil lesakan Boaz, Yeremia, dan Beto Gonzalves.
Memasuki musim 2009/2010, Kaka Edu harus angkat kaki dan pilihan El Capitano atau ban kapten berpindah tangan ke Boaz Solossa. Saat launching atau perkenalan tim Mutiara Hitam, semua pemain bersepakat pemain kelahiran Sorong, 16 Maret 1986 itu menyandang ban kapten tim kebanggaan masyarakat Papua tersebut.
Sejak itu El Capitano Boaz dan kawan kawan membawa Persipura meraih dua gelar juara dan lolos sampai ke babak semi final Piala AFC 2014.
Kecintaan Boaz terhadap tim Mutiara Hitam bukan setengah hati tetapi dengan sepenuh jiwa dan raga. Padahal saat itu banyak tawaran bagi pemain hasil binaan Putra Yohan Sorong itu. Seandainya Boaz mau ke luar negeri, sudah pasti akan merumput di negeri tulip, negeri Belanda. VVV Venlo Belanda dan Cesena Italia pada 2011 setelah Boaz dan kawan kawan membawa Persipura juara ISL kedua kalinya.
Tak heran kalau striker Bali United, Iilija Spasosevic, menyebutkan kalau Boaz layak bermain di Liga Eropa, sebab pertama kali melihat kapten Persipura itu, ia bermain kaget dan merasa kagum.
“Dia memiliki skill mumpuni dan pantas ke Eropa,” kata Spasso kala itu.
Namun sekali lagi, Boaz memilih Persipura dan bertahan hingga akhirnya El Capitano itu harus dipecat dari tim kebanggaan masyarakat Papua itu gara-gara indispliner. Persipura mengumumkan telah memecat kedua pemain senior itu pada Selasa (6/7/2021) dengan penyebabnya yang disebut dalam rilis akun Instagram klub @persipurapapua1963.
Bagai petir di siang bolong, el Capitano harus menyerahkan ban kapten Mutiara Hitam kepada dua pemain senior yang masih bertahan di tim, Ricardo Salampessy dan Ian Kabes, yang biasa menjadi wakil kapten Persipura.
Sekadar catatan jubi.co.id bahwa memecat pemain adalah hal yang biasa, apalagi wewenang ada di tangan manajemen klub serta pertimbangan pelatih. Mungkin yang menjadi persoalan mampukah tim Mutiara Hitam membina dan melahirkan pemain-pemain muda sekaliber Boaz dan kawan-kawan.
Ini memang pekerjaan rumah bagi klub yang memiliki kewajiban mencetak pemain baru melalui Akademi Sepakbola Persipura. Padahal pemain muda berbakat seperti Todd Rivaldo Ferre adalah hasil didikan Sekolah Sepak Bola Imanuel Sentani. Begitupula dengan David Rumaikewi mengenal dasar dasar sepak bola di SSB Batik Kotaraja Jayapura, termasuk Nelson Alom dan Patrick Womsiwor jebolan SSB Emsyik Waena, Kota Jayapura. Meminjam bahasa Italia, Jubi hanya bilang adios el Capitano Boaz Solossa.
The Comens kecewa
Kelompok suporter Persipura Jayapura, The Comens, menyatakan kecewa dengan keputusan manajemen Persipura yang melepas dua pemain seniornya, Boaz Solossa dan Yustinus Pae, karena masalah indisipliner. Kelompok suporter tertua tim Mutiara Hitam itu menilai keputusan manajemen Persipura tidak adil.
The Comens menyebut Bochi dan Tipa, panggilan akrab kedua pemain ini, telah mempersembahkan segudang prestasi untuk Persipura. Akan tetapi, seluruh jasa Boaz dan Tipa seperti diabaikan dengan keputusan pemecatan mereka.
“[Kami] sangat kecewa. [Kami menilai] keputusan yang diambil oleh manajemen Persipura tidak adil. Kalau diistilahkan, ‘nila setitik, rusak susu sebelanga’. Seakan-akan [manajemen] lupa atas segala yang telah diraih Boaz dan Tipa selama ini,” kata Icank, Humas The Comes, kepada Jubi di Kota Jayapura, Papua, Selasa (6/7/2021).
Icank menuturkan pihaknya memprotes keputusan manajemen itu karena The Comens ingin melihat Persipura lebih profesional dan bijak dalam memperlakukan pemain.
“Kami kritis, kami koar-koar di media sosial, tujuannya kan demi kebaikan Persipura sendiri. Agar manajemen lebih baik dalam mengelola tim yang menjadi harkat dan harga diri masyarakat Papua,” ujarnya.
Sebelumnya, manajemen Persipura resmi melepas dua pemain senior, Yustinus Pae dan Boaz Theofilus Erwin Solossa. Mereka dinilai melanggar indisipliner.
Setelah sempat ramai di jagad maya, akhirnya nasib kedua pemain tersebut telah ditentukan oleh manajemen Persipura lewat rapat internal klub, Senin (5/7/21) malam.
“Secara pribadi lepas pribadi kami tidak punya masalah apapun dengan Bochi (Boaz Solossa) maupun Tipa (Yustinus Pae). Mereka adalah anak-anak kami dan adik-adik kami, ini murni kebijakan manajemen dan masukan para pelatih, atas pelanggaran atau tindakan indisipliner,” kata Ketua Umum Persipura, Benhur Tomi Mano. (*)
Editor: Timo Marte
___________________________
pacefanindi.blogspot.com
Bicaramampap
Komentar
Posting Komentar