Ini Perjalanan Grup Band Legendaris ‘Black Brothers’
Cendana News - 12 Mar 2017 - 13:26
MINGGU, 12 MARET 2017

JAYAPURA — Selama dua tahun sejak 1976-1978, grup band dari timur Indonesia menggemparkan dunia musik nasional, dengan mengeluarkan tujuh album sekaligus. Kala itu, grup band ini dianggap sebagai korban politik, tapi pada kenyataannya mereka hanya fokus berkarya di dunia musik guna menghibur masyarakat, sekaligus mencari jati diri mereka. Inilah perjalanan singkat dari Legenda ‘Black Brothers’.

David Rumagesan menunjukkan album pertama Black Brother

Awalnya, mereka terkumpul pada 1974. Kala itu, belum ada nama Black Brothers, masih bernama Lost Iriantos. Berkumpulnya mereka dari tangan seorang bernama Andy Ayamiseba. Keempat orang itu masing-masing Hengky Sumanti Miratoneng (Hengky MS) sebagai vocal sekaligus gitaris, Benny Bettay bermain bas gitar, Stevie Mambor pada drum dan Yochy Patypeiluhu piawai pada alat musik Keyboard.

Setelah mereka main ke beberapa kota di Irian Jaya (Papua saat ini) ke mana-mana menggunakan nama Lost Iriantos. Lalu, datanglah Grup Panbers ke Jayapura. Saat itu, Lost Iriantos ditunjuk sebagai band pembuka sebelum pertunjukan Panbers. Bertemu dan akrablah dua band itu, Panbers dan Lost Iriantos.

Benny, salah satu personel Panbers memberi motivasi dan saran agar Lost Iriantos ke Jakarta. “Benny Panbers senang dan suka setelah dia dengar lagu ‘Hari Kiamat’ milik kami saat itu, dan jadi dia sarankan kami untuk ke Jakarta. Saat itu, Andy Ayamiseba sudah duluan ke Jakarta. Kami tak tahu di mana rimbanya Andy, kami hanya tahu dia ada di Jakarta,” ujar Yochy.

Merantaulah personel Iriantos ke Ibukota Jakarta. Saat itu, Yochy bersama Hengky menggunakan kapal penumpang ke Jakarta. Sayangnya, Benny dan Stevie ketinggalan kapal. Setelah tiba di Jakarta, mereka pun bertemu Andy Ayamiseba dan selanjutnya Benny dan Stevie tiba di Jakarta menggunakan pesawat.

Telah terkumpul empat orang, mereka mencari seorang peniup terompet. Nah, rekan mereka, David, yang saat itu berada di Yogyakarta dipanggil untuk bergabung ke Jakarta, diikuti Amry dari Sorong turut bergabung, lengkaplah mereka berjumlah 6 orang, masing-masing Hengky, Benny, Stevie Mambor, Yochy, Amry dan David. “Saat itu kita mulai dengan nama Black Brothers, bulan April 1976 dan kita dapat kontrak di restauran. Saat itu juga ada orang Cina (Nyoo Ben Seng) masuk lihat kami, itu PT. Irama Tara, belum punya studio,” tutur Yochy.

Personel Black Brothers saat di Jayapura, dari kiri ke kanan David Rumagesan, Amry M Kahar dan Yochy Patypeiluhu

Nyoo Ben Seng (almarhum) mendengar langsung lagu-lagu mereka saat mereka sedang membawakan lagu di sebuah restauran. Lagu yang dibawakan saat itu seperti Hari Kiamat, Derita Terakhir. Ketika itu pula, pengusaha Cina itu  meminta 6 personel Black Brothers datang ke Kantor PT Irama Tara keesokan harinya, untuk tanda tangan kontrak. “Dan di situlah mulai cerita kami,” kata Yochy.

Sejak 1976 hingga 1978, grup band Black Brothers sukses mengeluarkan 7 album melalui PT. Irama Tara, dengan personel terdiri dari Hengky MS (Gitar dan Vokalis) juga pimpinan Black Brothers, Yochy Patypeiluhu (Keybord), Benny Bettay (Bas gitar), Stevie Mambor (Drummer), David Rumagesan (Saksofon) dan Amry M Kahar (Trompet). Sayangnya, di akhir 1978, David Rumagesan, salah-satu personel Black Brothers dipanggil orangtuanya kembali ke Sorong, Papua (saat itu masih Irian Jaya). “Saya ke Sorong, karena kebetulan saya ditarik masuk  kerja di sebuah perusahaan,” kata David Rumagesan, yang saat ini telah pensiun dari perusahaan minyak Bdan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut.

Sementara itu, terjadi isu-isu tak sedap di luar Black Brothers. Kala itu, David diisukan telah dipecat manajemen Black Brothers. Namun, isu tersebut ditepis rekan-rekannya, bahwa tak ada pemecatan seorang personel Black Brothers. “Kalau ada yang bilang David itu dipecat pada tahun itu, sama sekali tidak betul. Dia (David) menarik diri, karena 1978 kita tak punya pekerjaan lagi dan Pak Andy sudah tak mencari pekerjaan buat kitorang (kita),” tegaskan Yochy.

Berjaya di era 1976-1978, karir Black Brothers mulai menurun pada sekitar 1979. Saat itu, Hengky M.S bersolo karir di luar dari Black Brothers, dan legendaris grup band ini pun tersisa 4 personel, yaitu Amry, Yochy, Stevi dan Benny. Sedangkan masa kontrak rekaman masih tersisa 2 album. Empat personel ini mencari  pengganti sementara untuk melengkapi 2 album tersebut. “Andy membentuk satu grup baru lagi, jadi menggantikan Hengky sementara oleh saudara Sandy dari Black Papas, saudara Agus dari Cocounut, terus yang mengantikan saya, ditarik saudara Iskandar dan Karim. Mereka itu Black Brothers 1979 untuk menyelesaikan dua album yang tersisa,” jelas David Rumagesan.

David kembali menegaskan kepada seluruh masyarakat Papua, Black Brothers 1976-1978 berbeda dengan Black 1979. Sehingga, 3 personel yang kini tengah berada di Papua menegaskan Black 1979 bukan Black Brothers. “Kami hanya meluruskan sejarah, bukan mau menyalahkan siapa-siapa. Biar anak cucu kita bisa tahu semua,” kata David.

Legenda grup band dari Tanah Papua yang menggetarkan dunia musik kancah Nasional era 1970-an itu mempunyai cita-cita yang cukup besar dan belum tercapai hingga kini. Mereka berkeinginan ada sekolah musik di Papua.

Hingga saat ini, The Legend ‘Black Brothers’ tetap saling berkomunikasi walaupun domisili beberapa personel berbeda. Keenam personel era 1976-1978 dan tak tergantikan hingga kini. “Kami cita-cita ingin punya sekolah musik yang besar. Papua pemain musiknya banyak, wadahnya yang tak ada,” tutur David.

Hengky M.S telah meninggal beberapa tahun lalu, Yochy Patypeiluhu dan Amry M. Kahar berwarga Negara Belanda, sementara Stevie Mambor dan Benny Bettay berwarga Negara Australia dan David Rumagesan sendiri tetap menjadi warga Negara Indonesia. “Teman-teman semua berkeinginan kembali ke Papua, Indonesia. Tapi, prosesnya pasti sangat  panjang. Hanya saya sendiri saat ini warga Negara Indonesia, yang lainnya dua di Belanda dan dua lagi di Australia, yang satu Hengky sudah meninggal,” kata David.

Seiring dengan ketenaran Black Brothers di blantika musik Indonesia yang mulai pudar, bermunculanlah grup band asal papua yang ingin mengulang kesuksesan legendaries Black Brothers, seperti grup band Black Sweet, Black Papas, Black Family dan Black Power.

Selama Black Brother mewarnai blantika musik Indonesia sejak 1976-1978, Yochy Patypeiluhu dan Hengky MS yang paling produktif menciptakan lagu. Yochy Patypeiluhu yang dijuluki otak lagunya grup band itu menciptakan 25 lagu, sementara Hengky MS sang vokalis menciptakan 18 lagu.

Legendaris Black Brothers yang usia pendek 1976-1978 itu mampu mmberikan persaingan dalam percaturan musik Indonesia. Mereka mampu menghasilkan 7 album sekaligus dalam 2 tahun, di antaranya 6 album Cinta dan Kehidupan dan 1  album khusus lagu rohani. Album-album hasil karya mereka antara lain, Irian Jaya 1, Derita Tiada Akhir, Lonceng Kematian, Kenangan November, Kaum Benalu, Misteri sedangkan album ketujuh berjudul Cristmas Song.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catharina